Wacana kenaikan bahan bakar terus mengemuka. Sebabnya karena pemerintah menanggung biaya subsisi yang cukup besar hingga Rp500 triliun per tahun. Jumlah yang cukup banyak jika dimaksimalkan untuk membangun rumah sakit, sekolah, hingga fasilitas umum lainnya di berbagai daerah.
Di sisi lain, para pekerja yang punya penghasilan UMR biasanya yang paling mudah terdampak akibat kenaikan bensin. Walhasil yang jadi andalan untuk menutupi kebutuhan adalah pinjaman uang tunai.
Agar bisa mengelola penghasilan UMR di Jakarta dengan benar, ada beberapa tips yang bisa dilakukan seperti ulasan ringkas berikut ini.
1. Hitung jumlah pengeluaran
Kadang-kadang kita sendiri suka tidak sadar seberapa besar sebenarnya dana yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya yang paling rutin adalah bayar token listrik, pulsa hp, iuran sampah dan keamanan warga, belanja makan bulanan, cicilan KPR, hingga dana untuk hiburan.
Dana-dana seperti itu tetap harus dihitung secara detail besar atau kecilnya. Dengan begitu akan mudah tercatat besaran yang sesungguhnya untuk menghitung secara tepat jumlah pengeluaran per bulannya.
2. Sesuaikan pengeluaran dengan penghasilan
Jika sudah tahu pengeluaran per-bulan, maka hitung jumlahnya apakah sesuai dengan rasio kondisi finansial yang ideal atau malah sebaliknya. Kondisi ideal yang diharapkan memang bermacam-macam, tetapi kita bisa berpatokan pada aturan pengeluaran 50, 30, 20, 10.
Aturan ini mengalokasikan dana penghasilan 50 persen untuk pengeluaran bulanan, 30 persen untuk cicilan, 20 persen untuk asuransi dan dana darurat, 10 persen untuk donasi serta keperluan lainnya.
Paling penting adalah jangan sampai besar pasak daripada tiang, artinya jangan sampai pengeluaran lebih besar daripada penghasilan. Itulah mengapa besar kecilnya penghasilan harus diatur dan dikelola agar bisa cukup untuk pengeluaran setiap bulannya.
3. Mencatat semua pengeluaran
Agar mudah mengevaluasi pengeluaran bulanan, gunakan sistem pencatatan lewat smartphone. Ada cukup banyak aplikasi yang bisa mencatat semua pengeluaran bulanan kamu, sehingga kamu bisa langsung mengetahui total pengeluaran setiap kali membelanjakannya.
Dengan begitu, kamu bisa langsung mengontrol bujet. Jika sudah mendekati bujet, artinya dana yang ada harus dipergunakan sesuai dengan yang sudah direncanakan atau dialokasikan sebelumnya.
4. Alokasikan dana untuk asuransi, investasi dan dana darurat
Siapa bilang gaji UMR tidak bisa bayar asuransi hingga investasi? Asuransi tidak perlu yang mahal, asalkan bisa menanggung rawat jalan dan rawat inap saja sudah cukup. Kecuali jika punya riwayat penyakit kronis dari keluarga, semestinya sudah waspada menjaga kesehatan serta mengikuti asuransi yang memang sesuai dengan kebutuhan.
Investasi tidak harus yang besar, bisa dimulai dari investasi kecil-kecilan seperti menabung emas atau logam mulia, reksadana, atau menabung saham. Namun, tetap kenali resikonya masing-masing supaya tidak jadi boncos. Penting juga mulai mencicil dana darurat sejak dini agar tidak berat saat sudah punya keluarga atau tanggungan bertambah.
5. Kurangi cicilan utang, pinjam hanya darurat saja
Belum greget jika hidup tanpa utang, itulah salah satu tagline para karyawan atau pekerja. Sebetulnya sah-sah saja punya utang di tengah kondisi harga yang serba naik.
Namun, baiknya memang sudah menerapkan pola hidup hemat sejak dini. Jika ingin berutang, cukup untuk keperluan darurat saja. Selain itu, jaga rasio utang agar tidak boleh lebih dari sepertiga penghasilan.
Jika dalam kondisi kepepet perlu pinjaman uang tunai, pilih lembaga yang tepercaya dan terdaftar di OJK seperti Kredifazz. Bunga cicilannya hanya 0.3% per hari, jauh lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Syaratnya juga lebih mudah cukup KTP saja dan punya penghasilan tetap. Limit pinjaman yang diberikan hingga Rp3 juta.