• Sun. Apr 2nd, 2023

5 Tradisi Surabaya yang Harus Banget di Lestarikan

Bybransonvacationmag

Jan 10, 2021

Berbicara tentang tradisi dan budaya tradisional tentunya tidak ada habisnya. Karena banyak sekali tradisi dalam kehidupan masyarakat. Seperti Kota Surabaya yang memiliki ragam budaya dan tradisi sejati yang masih tetap terjaga hingga saat ini. Kota Surabaya dikenal sebagai tempat berbagai suku dan suku yang bisa hidup berdampingan secara rukun.

Setiap orang pasti memiliki tradisi dan budaya yang akan menguntungkan keberagaman di Surabaya. Namun beberapa tradisi budaya yang tergolong unik, mungkin mulai jarang disaksikan. Padahal tradisi ini justru bisa menarik wisatawan datang ke kota Surabaya. Nah, berikut 5 tradisi unik Surabaya yang unik dan menarik.

Ingin tau usaha franchise apa yang sedang trend saat ini? Kalian bisa mengetahuinya pada tautan tersebut.

1. Larung Ari-Ari

Tradisi Larung Ari-Ari di Surabaya merupakan upacara larung adat atau yang dikenal dengan istilah banjir plasenta. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai Surabaya. Tradisi ini dipercaya memberikan banyak rezeki bagi para lansia dan anak-anak, karena harus memasukkan plasenta ke laut.

Selain itu tradisi ini diiringi dengan lagu Macapat Dhandang Gula. Jika dipaksakan, plasenta baru dilepas bersama dengan bunga di sekitar tujuh tempayan, spuit, dan kain putih.

2. Amal bumi

Tradisi sedekah bumi biasanya dilakukan di wilayah Jawa Tengah. Namun, Surabaya juga memiliki tradisi ini. Pemberian bantuan bumi merupakan wujud rasa syukur kepada masyarakat di wilayah Sambikarep setelah mendapatkan hasil panen yang besar.

Dengan tradisi ini, warga berharap bisa mencari nafkah dan dijauhkan dari bahaya. Orang yang melakukan tradisi ini biasanya akan menjadikan seks sebagai tumpeng yang diisi dengan pertanian yang tumbuh seperti buah dan sayur. Kemudian, kerucut itu akan dibagi orang.

3. Temu Manten Pegon

The Pagon Wedding Meeting adalah pertemuan antara mempelai pria dan mempelai wanita. Namun tradisi ini jarang dilakukan oleh masyarakat karena biayanya yang mahal. Dalam tradisi Temu Manten Pegon, ritual dan pakaian yang digunakan sangat kental dengan unsur budaya Surabaya, Tionghoa dan Arab. Kemudian akan dilanjutkan dengan prosesi yang biasanya sangat ramai dengan rombongan dan menjadi tontonan warga sekitar.

4. Gulat Okol

Gulat Okol sebagai pertunjukan tradisional yang menampilkan gulat antara dua pria di atas tumpukan jerami. Namun, kini gulat yang dilakukan di atas panggung dimasukkan ke dalam karung goni. Tradisi ini biasanya dilakukan pada musim kemarau sebagai ritual mengundang hujan. Tradisi gulat silat juga berlangsung untuk menjalin persahabatan dengan masyarakat.

5. Pitonan

Pitonan sebagai upacara adat kapal selam dilakukan masyarakat Surabaya untuk merayakan kelahiran putranya yang telah menginjak usia tujuh puluh tahun. Tradisi Pitonan berjalan dengan baik sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya seorang bayi yang telah dikaruniai anak sampai dengan usia 7 bulan dan tradisi Pitonan juga mempunyai niat untuk berdoa agar perdamaian, rejeki, dan masa depan anak-anak tersebut bisa damai dan sejahtera dalam hidupnya.