Ketahui 5 Macam Tradisi di Bali

Kebudayaan dan tradisi yang diwarisi oleh nenek moyang jika dilestarikan hingga saat ini pasti akan menjadi tradisi yang unik, seperti yang terdapat di banyak daerah di Indonesia termasuk Bali, peninggalan atau peninggalan budaya masa lampau yang banyak di antaranya berasal dari peninggalan Bali kuno dan salah.

Cara hidup sekelompok masyarakat yang masih tradisional dan merupakan hal yang menarik, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga bagi penduduk setempat.

Beberapa keunikan tradisi itulah yang menjadi daya tarik dan perawatan para wisatawan wisatawan di Pulau Bali. Budaya dan tradisi unik tersebut masih dapat dikembangkan dan dilestarikan hingga saat ini, yang terkait erat dengan kepercayaan masyarakat tentang ritual atau prosesi yang melekat dalam tradisi tersebut.

5 Macam Tradisi di Bali

1. Tradisi Mesuryak

Tradisi unik Pulau Bali yang merupakan warisan budaya leluhur hanya bisa ditemukan di Desa Bongan, Kabupaten Tabanan. Budaya dan Tradisi di Tabanan diadakan dengan tujuan untuk menghormati leluhur dengan kegembiraan, kesenangan dan memberi bekal berupa beras dan uang. Tradisi populer melempar uang ke udara dan diperangi oleh penduduk setempat disebut tradisi Mesuryak.

Jika Anda ingin jalan-jalan di daerah Bali & sekitarnya, bisa sewa mobil di bali dengan harga terbaik pada tautan tersebut.

Tradisi ini dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, yaitu Hari Kuningan. Rangkaian prosesi ini dikaitkan dengan perayaan hari raya Galungan dan Kuningan, setelah para leluhur berada dalam keluarga mulai dari Galungan, kemudian saat Kuningan diantar kembali ke Nirwana dengan berbagai sesaji dan perbekalan.

2. Upacara Melasti

Melasti dilakukan setahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, namun upacara Melasti juga dilakukan pada hari-hari tertentu selama piodalan di pura sesuai hari yang ditentukan. Melasti dikenal sebagai mekiis atau melis di tempat-tempat sumber air seperti laut, danau atau mata air. Namun, Melasti atau melis di pulau Bali diadakan setahun sekali, yaitu 3-4 hari sebelum Nyepi Pada kurang lebih Maret.

Sedangkan Melasti semua pretima, sembilan senjata nawa, umbul-umbul dan kober dibawa ke sumber air seperti ke laut untuk membersihkan dan membasuh seluruh bumi atau malaning kotoran, itu juga dimaksudkan untuk membasuh semua penderitaan manusia melalui air hidup, kemudian disucikan. dengan angamet (ambil) Tirta America, untuk menuju inti kehidupan. Budaya dan tradisi ini merupakan warisan budaya nenek moyang Bali yang masih dilestarikan hingga saat ini.

3. Parade Ogoh-Ogoh

Tradisi pawai ogoh-ogoh di Bali dilaksanakan sehari sebelum Nyepi, kurang lebih 6-6,30 malam pawai ogoh-ogoh dimulai keliling desa atau kota, sebagian besar umat Hindu di Bali melakukan pawai -ogoh ogoh, ia lakukan, karena relevan dengan ritual keagamaan.

Ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang merupakan simbol dari Bhuta Kala, dibuat dalam bentuk yang menakutkan atau merupakan simbol dari tindakan kriminal, yang biasanya berupa raksasa, hewan atau bahkan bentuk kriminal.

Pawai ogoh-ogoh masih berlangsung pada saat hari raya nyepi, setelah tawur kesanga sebelum memberikan bingkisan kepada bhuta kala, kemudian pada malam harinya mereka diusir dan diarak dalam prosesi, agar tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, terutama keesokan harinya saat melakukan pawai. Libur Nyepi. Jika Anda mengadakan tur selama seminggu, cobalah untuk tidak tinggal sampai larut malam, karena banyak jalan yang ditutup.

4. Dalam Diam

Siapa tak kenal perayaan Nyepi di Bali, libur diadakan setahun sekali untuk menyambut tahun baru Isaka yang jatuh wafat (JANUARI) bulan Kesanga. Perayaan tahun baru yang berbeda yaitu sepi, teduh, sunyi dan sunyi, sehingga seluruh penghuni di hari raya Nyepi ini tidak diperkenankan bepergian, menyalakan api unggun, berkumpul atau bersenang-senang.

Termasuk fasilitas umum juga ditutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini adalah agar bisa introspeksi diri atau mulat diri dan berfikir dalam suasana hati yang tenang agar dapat berkonsentrasi secara maksimal, betah seharian di rumah dan berdoa dengan melakukan brata dan tapa, agar kelak bisa memulai hidup yang lebih baik. bulan berikutnya Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk memulai hidup baru lagi. Budaya dan tradisi inilah yang menjadi salah satu ciri khas pariwisata Bali.

5. Upacara Ngaben di Bali

Sebagian besar umat Hindu di pulau Bali melakukan upacara Ngaben saat masyarakat meninggal, meskipun ada sebagian yang tidak melaksanakan upacara Ngaben seperti yang dilakukan warga Bali Aga seperti Desa Tenganan dan Desa Trunyan. Pada saat upacara ngaben, jenazah atau jenazah bisa dimakamkan terlebih dahulu atau dikremasi langsung.

Upacara Kremasi sebagai wujud pengabdian dan kewajiban manusia suci para bapa atau orang yang telah meninggal dunia. Tujuan upacara Ngaben adalah untuk membawa unsur-unsur Panca Maha Bhuta dari tubuh kasar manusia ke asalnya dan tubuh halus (atma) yang telah ditinggalkan akan segera dibersihkan dan dikembalikan ke sisinya.

Tata cara pelaksanaan ngaben belum tentu sama sesuai dengan keadaan, keadaan dan tempat terjadinya ngaben, akan tetapi yang terpenting esensi atau tujuannya sama, karena agama Hindu tidak hanya ada di Bali tetapi tersebar di Nusantara. Budaya dan budaya yang unik ini menjadi salah satu tempat wisata di Bali.