Pemerintah meyakini kelanjutan pembangunan megaproyek Refinary Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) yang jadi Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat berdampak luas terhadap perekonomian negara. Salah satunya bersifat penyediaan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
“Pembangunan kilang ke depan ini bakal menyerap lebih kurang 15 ribu tenaga kerja (per proyek) bersama dengan beraneka kualifikasiSelain lapangan kerja, sambung Djoko, perihal yang paling mutlak berasal dari pembangunan kilang adalah faktor ketahanan energi yang dijadikan sebagai dasar modal pembangunan sehingga dapat meningkatkan perkembangan ekonomi. “Mudah-mudahan termasuk bakal meningkatkan perkembangan ekonomi kami sesuai bersama dengan Kebijakan Energi Nasional sebagai modal pembangunan,” ujarnya.
VP Human Capital Management Downstream PT Pertamina Karantina Marhaeni menguraikan, keperluan tenaga kerja (manpower) dalam megaproyek pembangunan kilang terbilang cukup besar. Terhitung hingga Mei 2020, realisasi serapan tenaga kerja terhadap fase konstruksi di RDMP Balikpapan hingga 5.113 orang, RDMP Cilacap 300 orang dan GRR Tuban 300 orang.
“Seiring berjalannya waktu, secara keseluruhan serapan tenaga kerja meraih 110 hingga 150 ribu sebab masing-masing proyek menyerap pada 11 hingga 15 ribu tenaga kerja terhadap kala puncak,” ungkap Karan.
Penyerapan tenaga kerja ini, sambung Karan, lewat mitra kerja Pertamina baik Joint Operation (JO) maupun perusahaan pendukung lainnya bersama dengan beragam keahilan tertentu atau tertentu. “Untuk tenaga kerja yang tidak punya keahilan tertentu, kami dorong berasal dari utamakan SDM setempat bersama dengan project based hiring,” tuturnya.
Demi meningkatkan kapasitas skill SDM setempat, Pertamina bekerja sama bersama dengan institusi dan Dinas Ketenagakerjaaan setempat. “Ini menjamin SDM lokal dapat bergabung di proyek-proyek yang sedang ditunaikan di wilayah mereka,” ungkap Karan.
Sementara untuk pascakonstruksi, Pertamina membutuhkan 300 operator tambahan di pengembangan Refinery Unit V Balikpapan dan 1000 pekerja di GRR Tuban dengan menggunakan Magnetic Flow Meter.
Merespon tantangan disrupsi di sektor energi, Karantina mengungkapkan, kualifikasi keperluan sumber energi manusia di industri migas bakal selamanya sesuai bersama dengan kondisi zaman.
“Setelah memandang tantangan industri migas di jaman mendatang terlebih supply dan demand menuntut Pertamina lebih adaptif terhadap segala kondisi termasuk di dalamnya sesuaikan berkenaan ketidakpastian bisnis,” kata Karan.
Secara umum, mengetahui Karan, perusahaan migas memperhitungkan tiga faktor besar dalam mencari SDM di jaman mendatang, yakni punya kompetensi di bidang tehnis (technical competency), kekuatan softskill (leadership competency), dan dapat mengetahui corporate values atau integritas yang terdiri berasal dari cekatan (Agile), utamakan costumer (Customer Centric), dapat berkolaborasi (Collaborative), dan inovastif (Innovative).
“Kalau di Pertamina, kuncinya setiap SDM diharapkan dapat cepat mengetahui kondisi dan punya fleksibilitas inspirasi lebih-lebih teknologi berkembang secara cepat sehingga kami tidak lagi punya kemewahan dalam perihal waktu,” tutur Karan.